Laman

Senin, 16 Mei 2011

Tentang Cinta Sejati


Mari kita berbincang-bincang tentang mereka,, (katanya sih rame niih)

Kata temen-temenku sih si Alya suka sama si Vino tapi si Vino suka sama Luna sejak mereka kelas 1 SMP.  Tapi usut punya usut, lelucon mereka baru terbongkar sekarang-sekarang ini.

Seingatku, mereka bertiga ini sahabatan. Dulu itu aku ditugaskan guruku mnjadi tutor mereka untuk latihan persiapan dalam perlombaan nyanyi tingkat SMP se Kabupaten (kalo menang lanjut tingkat Provinsi), **kebetulan kala itu aku menjabat sebagai Sie. Bidang kesnian dan Kewirausahaan. Anehnya, mereka bertiga ini sama-sama duduk dikelas VII A (kelas yg terbilang favorit) selain itu, mereka sama-sama memiliki suara yang bagus dan merdu. Dan yang paling amazing lagi, mereka bertiga murid yang selalu menduduki posisi rangking 1-3 dikelasnya. Secara acak mereka bergiliran (kecuali alya saja yg gak pernah rangking 1, dia hanya mampu ke 2 atau ke 3)

Tanpa fikir panjang, ide ku buat nyatuin mereka jadi Vokal Group kususun. Akhirnya mereka semua settuju, dan latihan itupun semakin sering dilakukan. Aku semakin kenal dengan pribadi mereka masing-masing. Alya yang selalu ceria, Vino yg bijaksana (meskipun sukanya sama Luna tapi tak pernah membedakan perlakuan terhadap Alya),  lalu Luna anknya tekun dan rajin. Tak jarang mereka sering bikin lelucon saat ku latih, aku aja gak pernah boring melatih mereka.

Ah, lucu. Katanya Alya sering ngirim2 puisi dan cokelat untuk Vino tanpa sepengetahuan Vino, kalo anak muda jaman sekarang nyebutnya screet admirer. Tapi karna si Vino ga tahu siapa pengirimnya, ia kembali ngasihin coklat itu buat si Luna. Aduhn aduuh... untungnya si Alya gak pernah tahu kejadian itu. Katanya sih, meskipun mereka berteman deket, gak pernah saling cerita soal asmara. Mereka hanya akrab dalam diskusi belajar alias kelompok belajar.

Kebetulan aku satu komplek sama Alya, malah tetanggaan. Jadi diantara ketiganya Alya lah yang paling akrab denganku. Bahkan dia sering datang ke rumahku meminjam buku atau modulku tahun lalu. Dia memang anak yg cerdas, dia cantik juga ceria anaknya. Padahal Alya punya penyakit dan itu menyebabkan dia harus terus-terusan mengkonsumsi obat dari dokter. Dia juga pernah ngeluh, capek ke dokter mulu. Tapi keluhan itu hanya kudengar satu kali saat ia nasihatin aku buat tetep jaga kesehatan. Atau mungkin, itu bukan suatu keluhan.

Sampe aku lulus SMP, aku menyebrang ke kota lain. Aku tak lagi tinggal di kota kelahiranku. Ayahku lah yang memilih pindah tugas, alasannya karena di kota sebelah mendapatkan tempat tinggal yang lebih nyaman, hmmmm.. Boleh deh, ikut aja. Padahal berat rasanya meninggalkan semuanya. T.T ***kan lagi ngomongin mereka, kok malah curhat tentang aku, hehehehe

Sejak itu aku tak pernah tahu lagi tentang lelakon mereka. Tapi aku masih Say Hallo sama Alya. Dia tetep Alya yang yang lugu dan manis, bahkan sampai sekarang,, hehe. Alya tak banyak cerita lagi tentang kedua sahabatnya. Keduanya bersekolah jauh. Alya sendiri sekolah di SMA negeri favorit di kota itu, sementara Vino di SMA swasta favorit di ibukota provinsi. Terakhir, Luna juga sekolah di luar kota, di SMA swasta ternama pula. Selama komunikasi sama Alyapun aku jarang menyinggung kabar mereka, tapi Alya sempat cerita kalo awalnya dia lebih memilih sekolah bareng Vino. Namun orangtuanya gak ngizinin berhubung penyakit yang Alya derita mestilah punya kontrol daro orangtuanya.

Aku berani mengatakan kalau mereka bertiga itu orang-orang yang hebat dan luar biasa. Kepintaran mereka tak diragukan. Ketiganya punya prestasi yang gemilang. Alya sendiri berhasil masuk UGM di fak. Ekonomi, lalu Vino masuk UI di Fak. Kedokteran dan Luna masuk ITB di fak. MIPA. Memang luarbiasa, aku aja iri sama mereka.

Ah, kalo aku pikir2, gak mungkinlah kalo gak ada cowok yang mau macarin Alya dan Luna, atau cewek yang mau macarin Vino. Selain mereka cantik dan ganteng, mereka juga pintar. Tapi sekarang aku tahu alasan mereka gak pernah pacaran. Kudengar Alya sekarang berubah menjadi wanita yang alim dan aktif di organisasi masjid kampus, Vino juga sama dia menjadi seorang ikhwan yang alim dan anti pacaran. Luna sendiri emang udah sejak SMP pun memiliki agama yang kuat. Katanya lagi (gossip) Vino berubah karena Luna, Alyapun berubah karena Vino.. weleh-weleh..

Dan yang membuatku kaget, tiba2 datanglah undangan pernikahan. Percaya gak percaya, nama yang tertera dalam undangan itu Alya Fauziyah Safitri, SE dan dr. Vino Ahmad Dinarwan. Kubolak balik undangan itu, takutnya mataku yang udah minus ini memang salah baca. Tapi ternyata enggak, sudah 5 orang yang kurepotkan untuk membacakan undangan itu.. **sekedar meyakinkan saja.

Dengan senang hat, aku mendatangi undangan mereka. Satu persatu yang kulihat, para undangan itu banyak ku kenal. Diantaranya kawan SMPku dulu. Ada yang masih mengenalku, ada pula yang bilang aku berubah. Apa aja deh, tapi yang jelas aku kesinih tujuan awalnya memenuhi undangan Alya beserta suami. Adapaun kalau aku bertemu kawan lama, itu nilai plusnya. Hehe

Aku lihat Luna disitu, tak terlihat wajah sayup sedikitpun di mukanya. Hmmm, wajahnya semakin terlihat berwibawa. Namun tak lama aku di pesta mereka. Kurasa aku masih memilki pekerjaan yang harus aku penuhi.

Setahun setengah setelah pernikahan mereka, aku mendengar kabar yang amat menyedihkan. Ini seperti mimpi buatku. Padahal Alya baru setahun merasakan keindahan pernikahannya, tapi Alloh telah memanggilnya. Alloh telah menjemputnya keharibaannya. Kabarnya sebelum dia meninggal, Alya jatuh sakit pasca melahirkan. Tak lain, penyakit yang sejak kecil ia deritalah perantara kematiannya. Mau tak mau, Vino sekarang menjadi single parent bagi bayinya yang baru berumur satu bulan, T.T

Ternyata Alloh punya rencana lain atas semua ini, sebelum Alya menghembuskan nafas terakhirnya, ia menuliskan surat untuk Vino. Aku snediri tak tahu jelas isi aslinya seperti apa. Tapi disitu terdapat wasiat Alya untuk meminta Vino menikahi Luna yang ia percaya dapat menggantikan ibu bagi puteranya. Wasiat itupun dikabulkan. Tanpa pikir panjang, Luna mau menerima pinangan Vino.

Terakhir,  aku tahu alasan kenapa Vino menikahi Alya. Padahal sebenarnya Vino tak pernah mencintainya. Kabarnya, Vino mengetahui perasaan sayang Alya terhadapnya. Lalu, ia mengetahui penyakit yang Alya derita cukup memprihatinkan. Sampai akhirnya Vino menikahi Alya karena Alloh, karena ia inginkan sahabatnya itu bisa bahagia dengannya.

Alya, Vino dan Luna... Kalian bertiga memang hebat.....



***Cerita ini hanya fiktif belaka. Kalau ada kesamaan nama tokoh, karakter maupun alur cerita itu hanya kebetulan belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar