Laman

Kamis, 19 Mei 2011

Pelangi diMalam Hari

Hey pangeranku....
Aku sedari tadi menungggu sosok gagahmu,
Adakah kau dibalik jendela kamarku?
Jangan sembunyi !
Aku tak mampu terus menerus menelan rasa penasaran terhadapmu...

Tuan,
Berapa lama kmu terus sembunyi dariku.
Semakin kau menjauhiku, semakin aku mendekat padamu
Tuan terlalu indah buatku, seperti pelangi.
Ya,  pelangi...
Tuan tau pelangi.... indah dan menakjubkan... itu seperti tuan...
Tapi, tuan lebih pantas kusebut pelangi di malam hari
Tuan tak pernah nampak dimataku...

Maaf tuan,
Tuan tak suka dengan panggilan begitu
Aku mengerti,
Pelangi selamanya membutuhkan sinar matahari
Sedangkan bintang akan terus setia pada malam...
Jangan ceraikan mereka....
Begitulah.....

Tuan mengajarkan begitu.....
Sekarang tuan silahkan pergi,,,
Tak mungkin aku terus berharap.....
Akan hadirnya pelangi dimalam hari... ^^


Senin, 16 Mei 2011

Kisah Sebuah Jam


Alkisah, seorang pembuat jam berkata kepada jam yang dibuatnya, “Hai jam, apakah kamu sanggup berdetak paling tidak 31.536.000 kali selama setahun?”. “HA??” kata jam terperanjat, “mana sanggup saya?”

“Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?” kata tukang pembuat jam sambil tersenyum.

“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali dalam waktu sehari? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” Jawab si jarum dengan penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3.600 kali dalam  sejam?” Rayu pembuat jam lagi.

“Dalam satu jam harus berdetak 3600 kali? Banyak sekali itu?” Tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya itu.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si ja, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”

“Naaaa !! Kalau begitu aku sanggup!” Kata jam penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itupun berdetak satu kali setiap detik.  Tanpa terasa detik demi detik telah dilalui dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti dia telah berdetak sebanyak 31.536.000 kali.



Hikmah yang dapat di ambil :

Seringkali kita merasa masalah/ujian yang Alloh berikan kepada kita sangat mustahil kita mampu menghadapinya. Tak jarang pula dengan beribu kata keluhan muncul dari bibir kita. Padahal sebenarnya Alloh memberi ujian pada kita telah disesuaikan dengan ukuran kemampuan kita. Pastinya Alloh memberi ujian kepada kita karena kita mampu menghadapinya. Sering kita merasa berat tuk menghadapinya, tapi itu karena belum mencobanya. Ujian itu tidak akan pernah berhenti selama kita masih hidup di dunia. Tanpa disadari, setiap ujian yang kita lalui itu telah mendewasakan kita. Ingatlah dengan peribahasa yang mengatakan “Semakin pohon itu tumbuh tinggi, semakin kencang pula angin yang menerpanya.”

Contoh kecil adalah perjalanan hidup kita dari kecil. Tnpa sadar kita telah menghadapi berbagai macam ujian yang semakin kita tumbuh besar semakin tinggi pula derajatnya. Dari mulai duduk di bangku SD, SMP, lalu SMA, bahkan ketika menyandang predikat mahasiswa. Tanpa kita lalui proses kecil itu, kita tak akan mampu dengan tiba-tiba melompatinya dari SD langsung SMA. Semuanya ada proses yang mesti kita lalui. Dan itu tidak sulit , itu semua mudah. Karena ujian itu datang ketika kita memang mampu menghadapinya.

Ujian adalah teman kita, bagaimanapun dia selalu ada di sekitar kita tanpa kita undang sekalipun. Dia datangnya dari Alloh, tiada salahnya kita menghadapi ujian itu dengan mengadukan kepada-Nya.  Tentunya disertai hati yang ikhlas dan sabar akan kita dapatkan buah kesabaran dan keihlasan itu yang akan terasa begitu nikmat. Lebih nikmat dari sekedar makan di kala lapar atau minum di kala haus.

Untuk apa kita hhidup? Kita hidup di dunia tak selamanya kawan...

Andai kita sadari, ketika kita memulai kehidupan kita. Kitapun telah menanamkan racun pada diri kita. Kita suntikan racun itu pada nadi kita, lalu dia menyebar keseluruh pembuluh darah, ada yang bergerak cepat namun ada pula yang bergerak lambat. hingga tiba saatnya dia mencapai jantung kita.  Setelah itu, apa yang terjadi kalau bukan kematian? Ya , kematianlah nama racun itu. Tanpa sadar kita adalah manusia yang sedang mengantri  racun itu tiba di jantung kita. Karena mau tak mau, dia akan mencapai jantung kita. Dia akan datang, kapan dia tiba.. kita tidak tahu. COMING SOON !!!!!

Tentang Cinta Sejati


Mari kita berbincang-bincang tentang mereka,, (katanya sih rame niih)

Kata temen-temenku sih si Alya suka sama si Vino tapi si Vino suka sama Luna sejak mereka kelas 1 SMP.  Tapi usut punya usut, lelucon mereka baru terbongkar sekarang-sekarang ini.

Seingatku, mereka bertiga ini sahabatan. Dulu itu aku ditugaskan guruku mnjadi tutor mereka untuk latihan persiapan dalam perlombaan nyanyi tingkat SMP se Kabupaten (kalo menang lanjut tingkat Provinsi), **kebetulan kala itu aku menjabat sebagai Sie. Bidang kesnian dan Kewirausahaan. Anehnya, mereka bertiga ini sama-sama duduk dikelas VII A (kelas yg terbilang favorit) selain itu, mereka sama-sama memiliki suara yang bagus dan merdu. Dan yang paling amazing lagi, mereka bertiga murid yang selalu menduduki posisi rangking 1-3 dikelasnya. Secara acak mereka bergiliran (kecuali alya saja yg gak pernah rangking 1, dia hanya mampu ke 2 atau ke 3)

Tanpa fikir panjang, ide ku buat nyatuin mereka jadi Vokal Group kususun. Akhirnya mereka semua settuju, dan latihan itupun semakin sering dilakukan. Aku semakin kenal dengan pribadi mereka masing-masing. Alya yang selalu ceria, Vino yg bijaksana (meskipun sukanya sama Luna tapi tak pernah membedakan perlakuan terhadap Alya),  lalu Luna anknya tekun dan rajin. Tak jarang mereka sering bikin lelucon saat ku latih, aku aja gak pernah boring melatih mereka.

Ah, lucu. Katanya Alya sering ngirim2 puisi dan cokelat untuk Vino tanpa sepengetahuan Vino, kalo anak muda jaman sekarang nyebutnya screet admirer. Tapi karna si Vino ga tahu siapa pengirimnya, ia kembali ngasihin coklat itu buat si Luna. Aduhn aduuh... untungnya si Alya gak pernah tahu kejadian itu. Katanya sih, meskipun mereka berteman deket, gak pernah saling cerita soal asmara. Mereka hanya akrab dalam diskusi belajar alias kelompok belajar.

Kebetulan aku satu komplek sama Alya, malah tetanggaan. Jadi diantara ketiganya Alya lah yang paling akrab denganku. Bahkan dia sering datang ke rumahku meminjam buku atau modulku tahun lalu. Dia memang anak yg cerdas, dia cantik juga ceria anaknya. Padahal Alya punya penyakit dan itu menyebabkan dia harus terus-terusan mengkonsumsi obat dari dokter. Dia juga pernah ngeluh, capek ke dokter mulu. Tapi keluhan itu hanya kudengar satu kali saat ia nasihatin aku buat tetep jaga kesehatan. Atau mungkin, itu bukan suatu keluhan.

Sampe aku lulus SMP, aku menyebrang ke kota lain. Aku tak lagi tinggal di kota kelahiranku. Ayahku lah yang memilih pindah tugas, alasannya karena di kota sebelah mendapatkan tempat tinggal yang lebih nyaman, hmmmm.. Boleh deh, ikut aja. Padahal berat rasanya meninggalkan semuanya. T.T ***kan lagi ngomongin mereka, kok malah curhat tentang aku, hehehehe

Sejak itu aku tak pernah tahu lagi tentang lelakon mereka. Tapi aku masih Say Hallo sama Alya. Dia tetep Alya yang yang lugu dan manis, bahkan sampai sekarang,, hehe. Alya tak banyak cerita lagi tentang kedua sahabatnya. Keduanya bersekolah jauh. Alya sendiri sekolah di SMA negeri favorit di kota itu, sementara Vino di SMA swasta favorit di ibukota provinsi. Terakhir, Luna juga sekolah di luar kota, di SMA swasta ternama pula. Selama komunikasi sama Alyapun aku jarang menyinggung kabar mereka, tapi Alya sempat cerita kalo awalnya dia lebih memilih sekolah bareng Vino. Namun orangtuanya gak ngizinin berhubung penyakit yang Alya derita mestilah punya kontrol daro orangtuanya.

Aku berani mengatakan kalau mereka bertiga itu orang-orang yang hebat dan luar biasa. Kepintaran mereka tak diragukan. Ketiganya punya prestasi yang gemilang. Alya sendiri berhasil masuk UGM di fak. Ekonomi, lalu Vino masuk UI di Fak. Kedokteran dan Luna masuk ITB di fak. MIPA. Memang luarbiasa, aku aja iri sama mereka.

Ah, kalo aku pikir2, gak mungkinlah kalo gak ada cowok yang mau macarin Alya dan Luna, atau cewek yang mau macarin Vino. Selain mereka cantik dan ganteng, mereka juga pintar. Tapi sekarang aku tahu alasan mereka gak pernah pacaran. Kudengar Alya sekarang berubah menjadi wanita yang alim dan aktif di organisasi masjid kampus, Vino juga sama dia menjadi seorang ikhwan yang alim dan anti pacaran. Luna sendiri emang udah sejak SMP pun memiliki agama yang kuat. Katanya lagi (gossip) Vino berubah karena Luna, Alyapun berubah karena Vino.. weleh-weleh..

Dan yang membuatku kaget, tiba2 datanglah undangan pernikahan. Percaya gak percaya, nama yang tertera dalam undangan itu Alya Fauziyah Safitri, SE dan dr. Vino Ahmad Dinarwan. Kubolak balik undangan itu, takutnya mataku yang udah minus ini memang salah baca. Tapi ternyata enggak, sudah 5 orang yang kurepotkan untuk membacakan undangan itu.. **sekedar meyakinkan saja.

Dengan senang hat, aku mendatangi undangan mereka. Satu persatu yang kulihat, para undangan itu banyak ku kenal. Diantaranya kawan SMPku dulu. Ada yang masih mengenalku, ada pula yang bilang aku berubah. Apa aja deh, tapi yang jelas aku kesinih tujuan awalnya memenuhi undangan Alya beserta suami. Adapaun kalau aku bertemu kawan lama, itu nilai plusnya. Hehe

Aku lihat Luna disitu, tak terlihat wajah sayup sedikitpun di mukanya. Hmmm, wajahnya semakin terlihat berwibawa. Namun tak lama aku di pesta mereka. Kurasa aku masih memilki pekerjaan yang harus aku penuhi.

Setahun setengah setelah pernikahan mereka, aku mendengar kabar yang amat menyedihkan. Ini seperti mimpi buatku. Padahal Alya baru setahun merasakan keindahan pernikahannya, tapi Alloh telah memanggilnya. Alloh telah menjemputnya keharibaannya. Kabarnya sebelum dia meninggal, Alya jatuh sakit pasca melahirkan. Tak lain, penyakit yang sejak kecil ia deritalah perantara kematiannya. Mau tak mau, Vino sekarang menjadi single parent bagi bayinya yang baru berumur satu bulan, T.T

Ternyata Alloh punya rencana lain atas semua ini, sebelum Alya menghembuskan nafas terakhirnya, ia menuliskan surat untuk Vino. Aku snediri tak tahu jelas isi aslinya seperti apa. Tapi disitu terdapat wasiat Alya untuk meminta Vino menikahi Luna yang ia percaya dapat menggantikan ibu bagi puteranya. Wasiat itupun dikabulkan. Tanpa pikir panjang, Luna mau menerima pinangan Vino.

Terakhir,  aku tahu alasan kenapa Vino menikahi Alya. Padahal sebenarnya Vino tak pernah mencintainya. Kabarnya, Vino mengetahui perasaan sayang Alya terhadapnya. Lalu, ia mengetahui penyakit yang Alya derita cukup memprihatinkan. Sampai akhirnya Vino menikahi Alya karena Alloh, karena ia inginkan sahabatnya itu bisa bahagia dengannya.

Alya, Vino dan Luna... Kalian bertiga memang hebat.....



***Cerita ini hanya fiktif belaka. Kalau ada kesamaan nama tokoh, karakter maupun alur cerita itu hanya kebetulan belaka.

Cinta tak pernah lelah menanti


Cinta Tak Pernah Lelah Menanti*


Penghabisan musim panas engkau datang tiba-tiba dengan seulas senyum hangat yang menyapaku. Bibir dan wajahmu semerah dadu dengan garis mata yang tajam, sorot jinggamu hanya bisa kutatap bisu dalam cermin mata kelabuku.


Sejak saat itu diam-diam aku memperhatikanmu, sinarmu, pesonamu, auramu, semua hanya ada di benakku saja. Kamu begitu bersinar di balik cermin mataku yang kuyu. Kamu seperti berada pada dimensi lain yang sulit aku jamah, hanya kamu dan dunia jinggamu tanpa ada orang lain sepertiku. Senyummu begitu hangat dan ramah itulah kenapa semua orang menyukaimu, tak terkecuali denganku. Aku merindukanmu tanpa kamu tahu.


Aku membayangkanmu tiap sore, menunggumu datang dan berharap ada semesta yang mendengar kata hatiku untuk mempertemukanmu dalam kesempatan yang sama. Bukan karena ketampananmu aku mengagumimu, bukan karena kelembutanmu aku mencintaimu. Tapi… ah, aku sendiri tak tahu kenapa aku mencintaimu, mengharapkanmu dan menunggumu karena kamu terlalu istimewa.Aku hanya menunggumu sebagai sosok yang aku cintai, tanpa bisa aku ungkapkan. Aku dalam kediamanku. Aku dalam duniaku yang dingin. Dan kamu dalam kehangatan serta keramahanmu.


Tahukah kamu? Aku pernah bercerita pada langit ketika aku bertemu dengannya dalam mendung. Aku bercerita tentang dirimu, kamu yang selalu memenuhi mimpi-mimpi malamku, kamu yang menghuni perasaan terdalam dari hatiku yang dingin. Aku bercerita semuanya. Aku mengungkapkan perasaanku tentangmu pada langit.


Ah, Senja. Aku ingin selalu berada di dekatmu, Senja. Aku ingin memayungimu dalam mendungku dan aku mulai bermimpi untuk menghadiahkan pelangi untukmu sebagai buah cintaku padamu dan kita akan melihatnya bermain bersama setiap sore. Aku, kamu dan pelangi. Sebagai sebuah keluarga utuh yang bahagia.  Tapi aku tahu itu mustahil. Kita tidak bisa bersatu karena musim dingin harus membawaku pergi. Cintaku padamu memang terpisah dimensi tapi aku tak pernah menyesal telah mencintaimu dan aku akan selalu mencintaimu. Maafkan aku, Senja, karena aku tak bisa menjagamu. Tapi aku akan berkirim surat padamu. Semoga engkau mengerti, Senja. Percayalah, aku akan datang untukmu karena aku mencintaimu. Musim depan kita akan menikah dan melihat pelangi itu bermain bersama. Aku berjanji. Tunggulah aku, Senja. Aku mencintaimu.


Hujan


=oOo=

Sahabat Sakitku Renita


kita memang dipertemukan bukan dalam momen-momen indah, bukan dalam waktu yang di rencanakan. namun kita dipertemukan di sebuah Rumah sakit yang telah merawat kita ketika sama-sama sakit, kuranbg lebih 4-5 tahun yang lalu. bertemulah kita, dan dalam satu ruangan kelas  1 itu banyak  cerita mengalir dari mulut ke mulut. namamu Renita, usiamu 2 tahun lebih tua dariku. saat itu kita sama-sama terbaring lemas di ranjang bersepraikan warna putih, sama-sama berkeinginan sembuh dan beraktifitas normal dengan teman-teman sekolah. dan yang mengasyikkan saat kita ditinggalkan keluarga kita, mulailah obrolan mennarik itu terjadi...

awal yang memalukan, kau ceritakan kesan pertama itu. kau bilang gemas denganku karena terlalu banyak keluhan-keluhan yang muncul dari mulutkku, aku yang tak sabar, aku yang manja dan aku yang keras kepala. ah, tapi untungnya kamu mau menyapaku juga. kmu mau berbagi cerita denganku, dan di ujung pertemuanpun kmu banyak memujiku.

ah, kak renita .. aku salut dengan kesabaranmu. selama kita bersama, kata yang sering kau bisikkan adalah SABAR. kau bilang "bersabarlah, ini ujian dari Alloh. Badai itu segera berlalu". dan bodohnya aku, kenapa baru sekarang dapat kumengerti kalimat itu. kenapa dulu ak merasa tak peduli?

ingatanku masih sangat tajam ketika malam itu tak ada satupun anggota keluargamu yang datang menemanimu, dan kebetulan sekali keluargaku sedang mencari makanan dan susu untukku. lalu aku hendak ke kamar mandi. dengan manjanya, aku segera menelpon ibuku untuk meminta pertolonganku. dengan cepat, kak renita menyuruhku mematikan telpon. dengan tegar kakak berkata "Biar kakak aja yang bantu kamu ke kamar mandi" padahal kondisinya lebih lemah dariku. Penyakit yang kakak derita lebih ganas dariku, kakak mengalami gangguan fungsi jantung dan kkak sangat lemah sejak kelas 3 SD. dengan usahanya yang begitu kuat, kakk mampu membantuku. padahal kita sama-sama lemah kala itu...

sewaktu aku dinyatakan sembuh, ada perasaan bahagia dan sedih.. aku bahagia karena bisa bebas dengan penyakitku, tapi aku sedih harus berpisah denganmu.. berpisah denganmu yang telah banyak menyadarkanku....

waktu itu kita menangis bersama, menangis dengan mulut penuh do'a... kita sama-sama saling mendo'akan  ... dan itulah terakhir kalinya aku  bertemu dengan kak renita. pertemuan kita teramat singkat, hanya 11 hari 4 jam... namun ingatanku tentang kakak amatlah panjang... :)

kak renita, apa kabar sekarang? aku gak tahu gimana kabarmu skarang, semoga kakak masih tetap merasakan sejuknya udara pagi dan indahnya pemandangan senja yang menawan...

aku menyesal, menyesal dulu karena tak menghubungi kakak saat nomor handphoneku ganti. padahal selama dua bulan setelah perpisahan itu masih ada komunikasi,.

kak ren, aku malam ini rindu sama kakak... lagi apa kakak disana?? tolong berikan kabar untukku... kabar apapun aku terima... kalo kakak baca tulisan ini semoga kaakak bisa meraasakan kerinduan yang aku rasakan....

Sepenggal kisah dari seorang kawan :)




14 Februari tahun 2007 lalu adalah pertama dan terakhir kalinya aku ikut serta berada ditengah orang-orang yang berantusias merayakan hari valentine, tepatnya saat itu aku berstatus sebagai siswi kelas X di SMA swasta. Sedikitpun aku gak tahu apa maksud dibalik perayaan itu, judulnya saja ikut-ikutan teman.  Yang pasti, dari kejauhan rumah Meli yang dijadikan tempat merayakan Valentine itu bernuansa merah muda. Mulai dari dekorasi atap-atap rumah yang penuh dengan pita warna merah muda, balon-balon berbentuk hati yang berwarna merah muda juga, sampai kostum beserta aksesories yang dikenakan untuk datang ke pesta itupun wajib berwarna merah muda.


Seluruh teman sekelas diundang dan wajib hadir dalam pesta itu, bahkan setiap orang diperkenankan membawa pasangannya bagi yang telah memiliki pacar. aku sendiri tak memiliki pasangan, makanya kala itu aku sedikit minder dengan ajakan Meli and d’genk. Dengan berbagai persuasi, merekapun berhasil mengajakku datang ke pesta yang mereka sebut hari kasih sayang itu.


Dirumahku sendiri tak pernah ada perayaan seperti itu. Bahkan kata “Valentine day,s” itupun baru kudengar akhir-akhir ini setelah masuk SMA. Gak ada satupun anggota keluargaku yang menyadari hari itu. Ayah, ibu, bahkan Mbak Ima yang usianya 3 tahun diatasku mengaku belum pernah merayakannya. Dan ketika aku membicarakan rencana pesta yang akan diadakan lima hari kemudian itu, tak ada satupun yang merespon positive. Semua melarangku pergi ketempat Meli, tak terkecuali. Jujur, selama ini aku belum pernah menentang larangan mereka, tapi karena berbagai pertimbangan akhirnya akupun berpikir keras mencari cara untuk datang ke pesta itu.


H-1, tiba-tiba saja ayah ditelpon nenek dari Serang untuk mengunjunginya. Tanpa sedikit keraguan, ayah dan ibu meninggalkan rumah 8 jam setelah menerima telpon dari nenek. Akhirnya dirumah tinggal ada aku dan Mbak Ima yang sibuk ngurusin organisasinya dikampus. Aku sih berharap Mbak Ima ada acara yang ngeharusin keluar rumah, atau paling tidak kedatangan temannya dengan begitu perhatian untukku sedikit teralihkan.


Sepertinya otakku benar-benar bekerja maksimal saat kepepet. Ide bermunculan dari sana-sini untuk berbuat apa saja asalkan aku sampe dirumah Meli malam ini jam 8. Akhirnya aku menggunakan salah satu ide yang muncul, sepertinya berkat hobby-ku membaca komik. Sedikitpun aku tak memperlihatkan keinginanku untuk datang ke rumah Meli. Sampe jarum jam menunjukkan angka 6, aku pura-pura ngantuk dan tidur di kamar. Sampai Mbak Ima mengecek kamarku 3x dan mendapatkanku telah terlelap tidur.


Selanjutnya, gak nyampe 30 menit aku mengganti pakaian dan meias diri secantik mungkin. Baju yang kupakai baru kubeli tadi siang, karena aku tak punya baju berwarna pink. Selanjutnya rambutku yang sepanjang pinggang aku ikat seperti ekor kuda dengan tali rambut berwarna pink, lalu diatas poniku memakai bando kelinci berwarna pink pula. Meskipun aku kala itu girang hendak pergi ke pesta, namun hati kecil mengatakannya lain. Aku teringat pesan Ayah dan Ibu yang ngelarangku datang ke pesta itu. Tapi bayangan wajah mereka tak lama buyar dengan bayangan wajah teman-teman yang penuh senyum dan tawa di pesta itu.


Sesuai perjanjian dengan Putri, dia akan menjemputku di depan rumah tepat jam 19.45. Aku udah siap semuanya, giliran otakku berpikir kembali untuk berusaha keluar rumah. Mbak Ima yang kuperhatikan dari tadi telah terlelap di Shofa ruang TV. Aku takutnya dia ngelakuin hal yang sama sepertiku (*pura-pura tidur) tapi setelah aku melangkah mendekati pintu, akhirnya aku yakin dia benar-bbenar tertidur.


Setelah keluar, aku melihar Putri benar-benar seperti Putri dari kerajaan. Tampilannya anggun dengan gaun pink yang penuh pernak-pernik mewah. Ditambah polesan wajah yang jauh lebih mewah dariku. Sementara ini aku hanya bermodal made in dewek, beda sama dia yang hasil polesan salon. Tak banyak basa basi, Putri mempersilahkanku masuk kedalam mobil Honda Jazz-nya yang berwarna Pink pula.Selama dalam perjalanan menuju rumah Meli, aku terus membayangkan suasana pesta itu. Apa mungkin seperti pesta di film-film korea yang biasa aku beli DVDnya? Atau seperti pesta Ulang tahun yang  sebulan lalu aku datangi sewaktu Putri ulang tahun?. Entahlah... tapi setelah aku sampai ditempat tujuan, tampak dari luar seperti tak ada pesta apapun, namun nuansa pinknya memang terlihat nyata.


Akupun melangkahkan kaki menuju rumah Meli. Putri yang datang bersamaku tiba-tiba menggandeng pria yang bernama Agung itu mengaku pacarnya. Memasuki ruangan utama, aku melihat disana-sini muda-mudi bersama kekasihnya. Aku mendekati Meli yang sedari tadi aku perhatikan hanya sendirian.


“Mel, mana kekasihmu?” tanyaku sambil menatap keseluruh pojok ruangan, berharap ada gadis yang tak berpasangan sepertiku. Dan ternyata setelah aku perhatikan tak semua teman sekelas datang. Prita yang duduk sebangku denganku saja tak ada.


“Dia lagi ke toilet. Kamu sendiri Cha?”


“Aku gak ada. Aku kan gak punya cowok.” Jawabku


“Trus gimana ntar dengan acara pokoknya?” Tanya Meli menatapku heran.


“Acara pokok apaan Mel?” Aku balik bertanya padanya.


“Di puncak acara nanti kan kita bakal dansa bareng pasangan kita, lalu tukar kado yang kita bawa.” Jelas Meli dengan sedikit kecewa. “Tapi, biar kamu aku kenalkan saja sama temen cowokku ya Cha, mau nggak?” lanjut meli bertanya padaku. Aku hanya diam saja. Ragu untuk mengatakan iya, tapi enggan juga untuk mengatakan tidak.


Tak lama, Meli memanggil lelaki yang bernama Gilang, lalu mengenalkannya padaku. Sampai akhirnya di acara puncak itu aku berdansa dengannya. Tapi apa yang dilakukan Gilang? Dia mengajakku  meninggalkan ruangan pesta. Katanya dia pingin lebih mengenalku lebih jauh, akhirnya kami ngobrol di ruangan yang bersebelahan dengan ruangan pesta.


Gilang orangnya supel, dia langsung akrab ngobrol denganku meskipun baru kenal beberapa jam saja. Akupun masuk dengan asyik dalam obolan ini. Samapai dia ngajak aku dansa, aku tak menolaknya. Namun tak lama dari situ aku memutuskan untuk pergi dari pesta itu dan pulang. Aku menyadari ada yang tak beres dengan Gilang. Matanya yang terus memperhatikan bibirku saat bicara membuat aku curiga padanya. Dia perlahan mendekatkan tubuhnya padaku, namun ketakutanku muncul dan aku segera saja meninggalkan pesta itu tanpa pamitan.


Esok paginya aku ceritakan hal ini sama Mbak Ima. Mbak Ima memelukku dengan penuh sayang. Mbak Ima tidak memarahiku, malah dia yang menangis dan meminta maaf padaku. Padahal seharusnya aku yang minta maaf padanya, aku kan udah bohongin dia. Tapi dari situ aku makin menyesali perbuatanku. Aku merasa bersalah. Dan Mbak Ima berjanji tak akan melaporkan kejadian ini sama Ayah maupun Ibu.


Aku bolos sekolah, Mbak Ima yang membuatkan surat ke sekolah dengan keterangan sakit. Padahal sedikitpun aku gak sakit. Tapi kata Mbak Ima mentalku yang masih sakit. Dan hari ini aku ditemanin penuh sepanjang hari sama Mbak Ima. Aku dinasihati dengan kisah-kisah teladan, dan akhlak. Aku benar-benar seperti orang yang sakit, mungkin memang benar tapi sakit rohaniahnya. Aku berjanji sama Mbak Ima gak akan ikut-ikutan ngerayain pesta gak penting itu lagi.


Hari berikutnya aku memutuskan sekolah karena gak mau beberapa mata pelajaran tertinggal. Namun hari ini ada yang berbeda dengan penampilanku. Aku memutuskan menggunakan jilbab seperti yang biasa Mbak Ima dan Ibu lakukan. Bismillah, jilbabku masih menempel sampai saat ini.

Kasih


Hari itu kau menjemputku lewat kasih

Yang dirasa sama antara hatiku dan hatimu

dan kemudian

mampu biaskan senyum abadi diantara kita



Buatku, kasih berarti

Antara aku dan engkau

Kasihku adalah engkau

Dan kasihmu adalah aku

Ceritakan saja pada mereka

Meskipun kami terhalang lautan

Tapi angin mampu hantarkan

Kerinduan  yang ada di hati kami

Dan kami merasakannya setiap malam

Ketika kami berbicara lewat hati



Katakan saja pada orang-orang

Kami begitu akrab dalam setiap perbincangan

Kami tak bertengkar masalah sepele

Dan kami begitu dewasa

Mengagungkan cinta lewat kesetiaan

Juga lewat tengah malam pada mimpi yang syahdu

Dan kami akan merasaka

Seperti selalu berdekatan

Semuanya karena kasih sayang

Serta cinta yang hebat menerpa hati kami

Itulah kasih kami...

Jangan mahal memberi pujian


kapan terakhir kau memuji seseorang?
Kapan terakhir kali orang lain memujimu?
sudah lama bukan?

Semua orang punya kunci dalam diri mereka.
saat kita masih kecil, ada begitu banyak dukungan dan pujian untuk membantu kita melewati rintangan. kita tidak sadar betapa beruntungnya kita saat itu. seiring waktu berlalu, dukungan dan pujian itu berubah seiring kita beranjak dewasa. Semua jadi berbeda.
Berikanlah lebih banyak pujian ! Lihatlah sisi baik seseorang ! Apa itu sulit?
Semua orang butuh pujian, tapi kenapa kita sering ragu untuk sekedar memberi pujian?
Dalam diri setiap orang ada sisi gelap dan sisi terang. Carilah sisi terang itu dan semua yang baik akan muncul.
Ada pepatah yang berbunyi :
"Barang berguna dipakai dengan salah akan jadi tidak berguna"
"Barang tidak berguna dipakai dengan benar akan jadi berguna"
Dari sini kita belajar, pengakuan dari seseorang merupakan sumber kekuatan. Keajaiban ini mungkin berasal dari sepath kta yg paling berharga, ekspresi atau tindakan yang paling kecil sekalipun.
Kita tak pernah tahu apa yg bisa kita ubah.




kutipan dari film I NOT STUPID 2
inspirasi banget....

Sabar

 Baca Ya............
SABAR. Sebenarnya inilah rumus sederhana yang bisa menjadi bekal menghadapi beragam konspirasi jahat yang menjerumuskan seseorang pada kubangan nafsu syahwat. Sabar adalah sebuah akhlak mulia dan indah yang mencegah seseorang dari berbuat yang tidak baik dan tidak pantas. Sabar merupakan bentuk kekuatan jiwa seseorang yang dengan memilikinya urusan seseorang menjadi baik dan berjaya.
Ya allah,, selalu beri aku kesabaran...
Aku yang lemah tak berdaya ini hanya butuh engkau dalam menguatkan kesabaranku ini.
“Sesungguhnya Allah bersama orang – orang yang sabar”
Aku ingin menjadi makhluk yang sabar... Yang bisa selalu dekat dengan-Mu...